Ditulis Oleh :
Probolinggo, (Humas) – Pelatihan Pembelajaran Kota Probolinggo jenjang SD telah berlangsung selama beberapa hari, para peserta membawa pulang pemahaman yang mendalam tentang konsep inkuiri kolaboratif dan semangat baru untuk menerapkannya di lingkungan SDN Sukabumi 2 Kota Probolinggo.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo ini merupakan lanjutan dari tahap pertama, dengan fokus utama pada penerapan Modul 7: Inkuiri Kolaboratif dalam Pembelajaran Mendalam. Materi yang disampaikan tidak hanya menekankan pentingnya kolaborasi antarguru, tetapi juga memberikan pendekatan konkret dalam membangun budaya pembelajaran yang reflektif, kontekstual, dan berkelanjutan.
Riana, Kepala SDN Sukabumi 2 Kota Probolinggo, menyampaikan kesannya terhadap pelatihan ini. “Setelah mempelajari Modul 7 tentang Inkuiri Kolaboratif, saya sangat menghargai pendekatan ini sebagai solusi yang komprehensif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan profesional guru. Pendekatan ini menunjukkan bahwa kerja sama berbasis data, refleksi kritis, dan siklus berkelanjutan sangatlah penting,” tuturnya.
Riana juga menjelaskan bahwa siklus inkuiri kolaboratif terdiri dari empat tahap utama, yaitu identifikasi, desain, penerapan, serta pengukuran dan refleksi atau perubahan. Menurutnya, melalui tahapan-tahapan tersebut, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan sesuai dengan kebutuhan kontekstual murid. Ia mengaitkan pendekatan ini dengan pemikiran Tan Malaka: “Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan.” Bagi Riana, nilai-nilai dalam inkuiri kolaboratif sejalan dengan esensi pendidikan menurut tokoh tersebut.
Senada dengan Riana, Dimyatin, guru jenjang fase A, juga menyambut positif pelatihan ini. Ia mengaku sempat bingung ketika diminta menyusun rancangan kegiatan kolaboratif di sekolah. Namun, berkat diskusi intens dengan rekan se-tim dan pendampingan dari fasilitator, tantangan itu berubah menjadi pengalaman belajar yang berharga. “Awalnya saya kebingungan akan membuat kegiatan seperti apa, tetapi setelah berdiskusi dengan rekan satu sekolah, kami berhasil membuat rancangan kegiatan pembelajaran kolaboratif. Fasilitator sangat jelas dalam menyampaikan materi, sehingga kami dengan mudah mengerjakan tugas yang ada di LMS,” ungkapnya.
Pelatihan ini memang dirancang untuk tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga memberi ruang praktik nyata kepada peserta. Salah satu sesi utama mengharuskan peserta bekerja dalam kelompok untuk menganalisis sebuah studi kasus menggunakan siklus inkuiri kolaboratif. Peserta diminta mengidentifikasi masalah, merancang solusi, menerapkannya secara simulatif, hingga mempresentasikan hasilnya dan memberikan umpan balik konstruktif kepada kelompok lain. Aktivitas semacam ini menciptakan dinamika diskusi yang hidup dan membangun kemampuan berpikir kritis serta keterampilan komunikasi antar guru.
Lebih jauh, pendekatan inkuiri kolaboratif dianggap sebagai fondasi penting dalam membentuk budaya profesional guru yang kuat. Dalam konteks ini, guru tidak lagi diposisikan sebagai aktor tunggal dalam kelas, melainkan sebagai bagian dari komunitas pembelajar yang aktif saling mendukung. Kolaborasi tidak hanya terjadi sesekali, tetapi menjadi bagian dari siklus kerja yang terstruktur dan reflektif. Guru-guru diajak untuk menyadari kembali nilai-nilai, keyakinan, dan pengalaman mereka dalam bekerja sama, serta memahami bagaimana refleksi dapat memperkuat keputusan pembelajaran yang berbasis pada data dan pengalaman nyata di lapangan.
Sesi ini juga memperkuat pemahaman peserta bahwa profesionalisme guru tidak hanya dibentuk melalui pelatihan formal, tetapi juga melalui praktik kolaboratif yang berkelanjutan. Dengan saling berbagi pengalaman, memberi masukan, dan membuka ruang dialog yang jujur, guru dapat saling memperkaya pemahaman dan menciptakan inovasi pembelajaran yang berdampak langsung pada murid.
Melalui pendekatan inkuiri kolaboratif, guru didorong untuk menjadi perancang pembelajaran yang adaptif, reflektif, dan kontekstual. Ini selaras dengan tujuan besar pendidikan nasional yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses pembelajaran, serta mengembangkan mereka secara utuh—baik dari sisi kognitif, afektif, maupun keterampilan sosial. (abz)
#inkuirikolaboratif #pembelajaran mendalam #anakhebat #sdnsukabumi2 #kotaprobolinggo #sekolahmoderasiberagama #sekolahpenggerak #sekolahramahanak #sekolahadiwiyatamandiri #schoolreligiousculture #sekolahjuara #jujurunggulagamisrajinamanah
SDN Sukabumi 2 Probolinggo. Powered by UtakAtikOtak.com dalam program "1 juta website untuk sekolah" All right reserved